SURAT
TERBUKA UNTUK WANITA YANG BEKERJA BERSAMA LAKI-LAKI
﴿
رسالة إلى
فتاة تعمل بين الرجال ﴾
]
Indonesia – Indonesian – [
إندونيسي
Terjemah
:
Muh. Iqbal Ahmad Gazali
Editor
: Eko
Haryanto Abu Ziyad
2009 - 1430
﴿
رسالة إلى فتاة تعمل بين الرجال ﴾
«
باللغة
الإندونيسية »
تأليف
:
موقع
صيد الفوائد
ترجمة:
محمد
إقبال أحمد غزالى
مراجعة:
إيكو
هاريانتو أبو زياد
2009 – 1430
SURAT
TERBUKA UNTUK WANITA YANG BEKERJA BERSAMA LAKI-LAKI
Saudariku yang mulia:
Assalamu 'alaikum warahmatullahi
wa barakatuh
Sungguh saat melihatmu berada di
tempat ini saya benar-benar merasa sakit, kamu bekerja di tengah
laki-laki, dan yang menyebabkan saya merasa sakit bahwa ikhtilath
(bergabung laki-laki dan wanita) ini sangat berbahaya bagimu, agama
dan akhlakmu…
Janganlah engkau segera berpaling
dari nasehatku, dan mengira bahwa saya terlali berlebihan dalam
merasa sakit. Maka sesungguhnya bersamaku ada dalil-dalil yang
merupakan penjelasan memuaskan bagi ucapan saya. Ingatlah,
sesungguhnya tidak ada ikatan yang mengikat aku denganmu selain
ikatan Islam. Saya tidak memperoleh apapun dari keuntungan duniawi
dari kata-kata yang saya goreskan kepadamu dengan huruf-huruf yang
keluar dari hati saya, bahkan sesungguhnya ia menghabiskan waktu dan
energi serta pikiran saya. Saya berharap anda bisa menghargai
pendirian saya terhadapmu. Renungkanlah apa saja yang saya ucapkan
beberapa kali, dan anda akan mendapatkan di dalamnya sebuah nasehat
yang tulus untukmu.
Saudariku yang mulia…
Sesungguhnya wanita terzalimi dalam
ikhtilathnya dengan laki-laki tanpa disertai mahramnya, karena
sesungguhnya umunya pandangan laki-laki kepadanya tidak terlepas dari
pandangan syahwat, dan siapa yang mengira tidak demikian maka dia
tidak berkata jujur. Allah
menciptakan pada diri laki-laki kecenderungan yang kuat kepada wanita
dan menciptakan pada diri wanita kecenderungan kuat kepada laki-laki
disertai kelembutan dan kelemahan. Dari sana, maka kedekatan di
antara keduanya di luar batas yang disyari'atkan, ia sangat
berbahaya. Syetan menggoyangkan tabiat dalam kondisi ini. Dan
biasanya yang menanggung kerugian dalam masalah ini adalah wanita,
karena laki-laki tidak memikul dampak negatif problem ini sebagaimana
wanita. Ikhtilath terkadang bisa membawa kepada tersobeknya
kehormatan dan dampak negatifnya seperti hamil, karena inilah
syari'at mengharamkannya, dan dalil-dalil dalam masalah ini sangat
banyak, saya akan menyebutkan sebagian darinya:
Firman Allah :
قل
للمؤمنين يغضوا من أبصارهم ويحفظوا فروجهم
ذلك أزكى لهم إن الله خبير بما يصنعون
Katakanlah
kepada laki-laki yang beriman:"Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat". (QS. an-Nuur:30)
Allah
menyuruh laki-laki menahan pandangannya dari wanita, maka apabila
wanita bekerja di samping laki-laki, bagaimana mungkin ia bisa
menahan pandangannya?
Semua tubuh wanita adalah aurat,
sebagaimana yang disebutkan dalam atsar maka tidak boleh memandang
kepadanya. dan Rasulullah
bersabda:
يا
علي..
لاتتبع
النظرة النظرة، فإنما لك الأولى، وليست
لك الآخرة
"Wahai
Ali, janganlah engkau meneruskan pandangan pertama kepada pandangan
kedua, maka sesungguhnya bagimu yang pertama dan bukan untukmu yang
kedua." HR.
at-Tirmidzi.
Maka pandangan kebentulah (tidak
disengaja) dimaafkan, yaitu pandangan pertama. Berbeda dengan yang
kedua, maka sesungguhnya ia diharamkan, karena dilakukan dengan
kesengajaan. Disebutkan dalam atsar:
العينان
زناهما النظر، والأذنان زناهما الاستماع،
واللسان زناه الكلام، واليد زناها البطش،
والرِجل زناها الخطو
"Zinah
kedua mata adalah memandang, zinah kedua telinga adalah mendengar,
zinah lisan adalah berkata, zinah tangan adalah melangkah, dan zinah
kaki adalah melangkah."
HR. Muslim.
Memandang adalah zinah karena ia
menikmati pandangan kepada keindahan wanita dan hal itu membawa
kepada bergantungnya hati dengannya, dan dari sana terjadilah
perbuatan keji. Dan tidak diragukan lagi bahwa memandang sangat
terjadi dalam bergabung dua lawan jenis.
Rasulullah
bersabda:
مَا
تَرَكُتُ بَعْدِي فِتْنَةًٌ هِيَ أَضَرَّ
عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
"Aku
tidak meninggalkan satu fitnah sesudahku yang lebih berbahaya bagi
laki-laki selain dari wanita."
(HR. al-Bukhari).
Beliau menggambarkan wanita sebagai
fitnah bagi laki-laki, maka bagaimanakah digabungkan di antara yang
menfitnah (wanita) dan yang terfitnah (laki-laki) berada dalam satu
tempat.
Sesungguhnya tatkala Rasulullah
membangun masjid, beliau menjadikan pintu khusus untuk wanita dan
bersabda: 'Jikalau kita
membiarkan pintu ini untuk wanita."
HR. Abu Daud. Maka Umar
melarang masuk dari pintu wanita. Maka apabila ada larangan bercampur
dalam pintu maka hal dilarang dalam kantor tentu lebih utama.
Dan Rasulullah
menyuruh wanita agar berjalan di tepi jalan, jangan di tengahnya
hingga tidak bercampur dengan laki-laki. Dan Rasulullah
apabila mengucap salam dari shalatnya, beliau tetap berada di
tempatnya menghadap kiblat dan jamaah laki-laki yang bersamanya
hingga para wanita berpaling dan masuk ke rumah mereka, kemudian
beliau berpaling (pulang) dan berpaling orang-orang yang bersamanya,
sehingga pandangan laki-laki tidak tertuju kepada mereka.
Semua nash ini dan dalil-dalil
lainnya menjelaskan haramnya ikhtilath dan haram wanita bekerja di
samping laki-laki, dan semua ulama sepakat atas hal ini, tanpa ada
perbedaan pendapat.
Sesungguhnya wanita disuruh agar
selalu berada di dalam rumah, apakah kamu mengetahui hal
itu?...sehingga ia menjadi sasaran pandangan laki-laki dan ikhtilath
dengan mereka…
Sudah diketahui bahwa terkoyaknya
kehormatan, hancurnya rumah tangga, dan hilangnya masa depan remaja
putri secara khusus adalah akibah dari ikhtilath…
Dan jika engkau ingin mengetahui
hakikat ikhtilath dan pengaruhnya maka bacalah problem ikhtilath di
Barat, sehingga mulai ada ajakan untuk meninggalkan ikhtilath dalam
belajar. Maka didirikannya beberapa universitas dan sekolah yang
berdiri di atas pemisahan di antara dua lawan jenis di Amerika dan
yang lainnya. Mereka tidaklah melakukan hal itu kecuali setelah
merasakan pahit dan pedihnya karena banyaknya kerusakan akhlak.
Bukankah kita harus mengambil pelajaran dari realita ini?...
Bukan suatu kesalahan besar bahwa
kita –kaum muslimin- mengulangi kesalahan yang telah terjadi di
Barat, sedangkan mereka sekarang mengharapkan bisa berlepas diri
darinya.
Wahai saudari…!
Engkau adalah yang paling berharga di
sisi kami, engkau adalah saudari, putri, istri dan ibu…sudah
menjadi keharusan bahwa engkau menjadi pembantu bagi kami untuk
menjagamu dari bahaya…
Engkau adalah separo masyarakat dan
engkau melahirkan yang lain. Engkaulah yang kami harapkan bisa
mengeluarkan generasi yang membimbing umat…Namun bagaimana mungkin
hal itu terjadi bagimu apabila engkau pergi berlari meninggalkan
rumah, meninggalkan tugas rumah, mendidik generasi baru dan tugas
keibuan, dan jadilah engkau bersama laki-laki dalam bekerja?
Ketahuilah –semoga Allah
memberi rahmat kepadamu-, bahwa Allah
tidaklah menyuruhmu berdiam diri di dalam rumah kecuali karena sayang
kepadamu:
وقرن
في بيوتكن ولا تبرجن تبرج الجاهلية الأولى
dan
hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. (QS.
al-Ahzab:33)
karena apabila engkau keluar niscaya
laki-laki sangat bernafsu terhadapmu, dan jika engkau ingin
memastikan apa yang saya katakan maka bacalah kitab yang berjudul:
amalul mar`ti fil mizaan" (Pekerjaan wanita dalam timbangan)
karya DR. Muhammad Ali al-Baar..dan engkau akan menemukan di dalamnya
kebenaran yang nyata dengan nomor dan cerita yang memastikan bahaya
wanita meninggalkan rumahnya dan bercampurnya bersama laki-laki.
Ambillah pelajaran kondisi wanita di Barat: sesungguhnya ia mengeluh
perbuatan zalim dari laki-laki, ia mengadukan tindakan pelecehan sex
di setiap tempat. Ia tidak bisa berlari dari realita, karena ia harus
bekerja dan jika tidak ia akan mati kelaparan. Maka ia berada dalam
penderitaan yang tidak berkesudahan..
adapun engkau, sungguh Allah
telah memberikanmu kemuliaan dengan Islam yang mewajibkan kepada
bapak, suami, saudara, dan anak agar berusaha untuk memberikan nafkah
untukmu, dan Allah
tidak pernah menyuruhmu bekerja. Ini adalah harta ghanimah yang
datang kepadamu tanpa susah payah mendapatkannya. Engkau menetap di
dalam rumah seperti ratu, selain engkau bekerja untukmu. Bukanlah ini
merupakan nikmat yang besar.
Maka janganlah engkau terperdaya
dengan dunia dan hiasan syetan untuknya agar keluar bekerja. Maka
jika engkau ingin dekat dengan ar-Rahman maka menetaplah di dalam
rumah. Rasulullah
bersabda:
المرأة
عورة، فإذا خرجت استشرفها الشيطان، وأقرب
ما تكون من وجه ربها وهي في قعر بيتها
"Perempuan
adalah aurat, maka apabila ia keluar niscaya syetan memuliakannya,
dan yang paling dekat dari Wajah Rabb-nya saat dia berada di dalam
rumahnya." HR.
at-Tirmidzi dan Ibnu Hibban.
Dan ketahuilah wahai saudariku,
sesungguhnya yang paling berharga pada dirimu adalah iman dan
iffahmu, dan ia terancam akan terkoyak apabila engkau ikhtilath
dengan laki-laki. Maka berjauhlah dari mereka dan jangan engkau
mendekatkan diri dari mereka kecuali mahram atau suami. Dan
ketahuilah, sesungguhnya engkau berada di bawah naungan hijab dan
menetap di dalam rumah niscaya engkau mendapatkan suami yang terbaik
akhlak dan ghirah. Dan apabila engkau tetap dalam pekerjaan yang
ikhtilath ini niscaya engkau tidak akan mendapatkan laki-laki yang
baik.
Wahai Saudari! Jangan engkau
mengatakan 'Saya bisa menjaga diri, sekalipun berada di antara
laki-laki…' Maka sesungguhnya Allah
tidak menyuruh menundukkan pandangan dan berpisah di antara laki-laki
dan wanita kecuali Dia
mengetahui bahwa dorongan sex adalah kekuatan yang menghanyutkan.
Seorang muslim disuruh menjauhkan diri dari tempat-tempat fitnah dan
ia tidak menjerumuskan dirinya kepada kebinasaan. Apabila seorang
manusia kelaparan, ia tidak mampu menahan diri dari makanan, demikian
pula apabila ia kelaparan secara sex. Dalam kondisi bagaimanapun,
apabila sudah jelas haramnya ikhtilath, maka sesungguhnya haram bagi
wanita dan laki-laki bekerja berdampingan, sekalipun keduanya menjaga
diri. Dan tidak menjadi ukuran dengan tidak adanya nafsu syahwat atau
kemampuan wanita menjaga dirinya...dan jika engkau –wahai saudari
yang mulia- membutuhkan pekerjaan maka hendaklah pekerjaan itu jauh
dari laki-laki.
Saudari yang mulia..saya tidak tahu,
apakah kata-kata saya sampai ke sudut hatimu? Dan apakah ia bisa
menembuh selaput luar jantungnya? Saya mengharapkan hal itu dari
hatiku. Dan aku berdoa kepada Allah
dengan doa yang sangat agar Dia
menjagamu dari tipu daya orang-orang yang menipu, orang-orang yang
merencakan untuk melemparmu ke dalam lumpur kehinaan. Dan mereka
sangat senang saat bisa mewujudkan hal itu darimu, saat engkau
meninggalkan rumah dan berada di tengah-tengah laki-laki. Karena
mereka mengetahui bahwa engkau adalah pendidik generasi mendatang.
Maka apabila engkau sudah rusak niscaya rusaklah generasi penerus,
dan umat menjadi mangsa bagi musuh-musuhnya.
Saya berharap kamu bisa memahani
persoalan penting ini dengan sebenarnya dan memahami kadar bahaya
yang engkau berada di dalamnya. Dan apabila engkau tidak menerima
ucapan saya –dan saya tidak mengira hal itu darimu- maka saya akan
berdoa malam dan siang hari, dan saya tidak akan pernah bosan berdoa
untukmu. Engkau adalah saudariku dalam kondisi apapun. Percayalah
bahwa suatu hari nanti engkau akan kembali kepada petunjukmu, dan
percayalah bahwa Allah
tidak akan menyia-nyiakan percuma usahaku bersamamu. Dan tidak adalah
taufiqku kecuali dengan pertolongan Allah .
Dan saya sangat berharap agar engkau mengulang kembali membaca
nasehat ini beberapa kali, dari waktu hingga waktu yang lain.
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi
wa barakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar